Kepribadian Sehat Aliran Humanistik dan Pendapat Allport

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT ALIRAN HUMANISTIK
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
   Pendapat Allport tentang Kepribadian Sehat
Dalam musim panas tahun 1920, Gordon Allport (1897-1967) menemui Sigmund Freud. Pertemuan itu ternyata menjadi suatu peristiwa yang memaluka tapi penting bagi Allport yang berusia 23th, karena pertemuan itu akhirnya menyebabkan Allport menolak psikoanalisis Freud untuk kepentingan suatu pendekatan yang sangat berbeda terhadap kepribadian.
Allport menadapat gelah Ph.D.-nya dari Harvard pada tahun 1922 dan mneruskan kariernya yang terkenal sebagai pakar (“kepala”) dari studi kepribadian di Amerika. Karyaya menyebabkan studi kepribadian secara akademis dihargai di Amerika Serikat. Dia mempunyai banyak pegikut ahli-ahli psikologi dan mnerima banyak tanda jasa dan hasian. Ia juga adalah salah seorang dari ahli-ahli psikologi yang pertama di Amerika yang emeusatkan perhatian pada kepribadian yang sehat daripada kepribadian yang neurotis.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matag dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh keuatan-kekuatan tidak sadar – kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-oang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingkah laku mereka tidak ditentukan oleh setan-setan yag ada jauh dalam mereka. Allport percaya bahwa keutan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasioal dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol keuata-kekuatan itu juga.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanan-kanak. Orang-orang yang neurotis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intennsi kearah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yag akan datang da tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kkanak. Segi pandangan yag sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak.
Allport ingin meghilangkan kotradiksi-konntradiksi dan kekaburan-kekaburan yang terkandung ddalam pembicaaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yag membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konseplain. Istilah yang dipilihnya adalah propium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”. Proparium menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang tau uni bagi seseorang. Itu berarti bahwaproparium (atau self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan berssifat pribadi bagi seseorang individu, segi-sei yang menentukan seseorang sebagai yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.

7 Kriteria Kematangan
Tujuh criteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1). Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Menurut Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa enak, maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti daripada pendapatan yang diperoleh dan memuaskan kebutuhan-kebuthan lain juga.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka ia semakin sehat secara psikologis. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan menjadi perluasan perasaan diri.
2). Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka membari cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3). Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat itu, berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikiran cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.
4). Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5). Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu, suatu tingkat kemampuan. Kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan Harvey Cushing, ahli badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitis untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting melakukannya dengan dedikasi, komotmen, dan keterampilan-keterampilan.
6). Pemahaman Diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
7). Filsafah Hidup yang Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yag sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara sehingga tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain.

Daftar Pustaka
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Schultz, Duane (1991). PSIKOLOGI PERTUMBUHAN, Model-Model Kepribadian Sehat.Yogyakarta: Kanisius.

Komentar

Postingan Populer